Bahaya Kesehatan Mental Anak Remaja Gen-Z. Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi. Angka ini semakin diperburukoleh tekanan dari media sosial, lingkungan sekitar, dan tuntutan akademis yang tinggi.
Kesehatan mental remaja kini menjadi sorotan utama di berbagai platform media sosial, di mana banyak remaja mulai berbagi pengalaman pribadi dan mencari dukungan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Fenomena ini mencerminkan perubahan positif dalam cara pandang masyarakat terhadap Kesehatan mental, yang sebelumnya sering dianggap tabu untuk dibicarakan.
Bahaya Kesehatan Mental Anak Remaja Gen-Z
Meningkatnya Kesadaran dan Dukungan
Kampanye untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental terus digalakkan oleh berbagai organisasi, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Mereka mendorong remaja untuk berbicara terbuka tentang perasaan mereka dan mencari bantuan ketika diperlukan. Inisiatif ini diharapkan dapat meruntuhkan stigma seputar kesehatan mental dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi generasi muda.
Salah satu contoh inisiatif yang berhasil adalah program “Bicara Kesehatan Mental” yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Program ini menyediakan pelatihan bagi guru dan konselor di sekolah untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental pada siswa dan memberikan dukungan yang tepat. Selain itu, banyak sekolah kini mulai mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental ke dalam kurikulum mereka, sehingga siswa dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan mental sejak dini.
Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja
Berdasarkan penelitian terbaru, terdapat hubungan signifikan antara penggunaan media sosial, khususnya platform seperti TikTok dan Instagram, dengan kesehatan mental remaja. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak cukup baik di kalangan remaja. Penelitian oleh Mardiana dan Maryana (2024) menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di platform ini cenderung mengalami masalah kesehatan mental yang lebih serius.
Media sosial sering kali menampilkan standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis, yang dapat membuat remaja merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Hal ini menyebabkan perbandingan sosial yang merugikan, di mana remaja merasa hidup mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka lihat di media sosial. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengajarkan remaja cara menggunakan media sosial dengan bijak dan menyaring konten yang mereka konsumsi.
Pentingnya Akses Informasi Kesehatan Mental
Di era digital saat ini, akses informasi mengenai kesehatan mental menjadi sangat penting. Dengan 15,5 juta remaja terpengaruh oleh masalah kesehatan mental dalam setahun terakhir, penting untuk meruntuhkan stigma yang ada dan memberikan dukungan yang diperlukan. Banyak organisasi kini berfokus pada penyuluhan dan pendidikan untuk membantu remaja memahami dan mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Sumber daya online, seperti aplikasi kesehatan mental dan situs web yang menyediakan informasi dan dukungan, semakin banyak tersedia. Beberapa aplikasi bahkan menawarkan layanan konseling secara daring, yang memungkinkan remaja untuk berbicara dengan profesional kesehatan mental tanpa harus merasa tertekan untuk bertemu secara langsung. Ini memberikan kesempatan bagi mereka yang mungkin merasa malu atau takut untuk mencari bantuan.
Inisiatif dan Program Dukungan
Berbagai inisiatif telah diluncurkan untuk mendukung kesehatan mental remaja, termasuk program di sekolah yang mengajarkan keterampilan mengelola stres dan emosi. Misalnya, program
“Mindfulness” yang diperkenalkan di beberapa sekolah mengajarkan siswa teknik relaksasi dan meditasi untuk membantu mereka mengatasi tekanan sehari-hari. Selain itu, banyak platform online yang menyediakan sumber daya dan dukungan bagi remaja yang membutuhkan bantuan.
Dengan meningkatnya kesadaran akan isu ini, diharapkan remaja merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan dan berbicara tentang kesehatan mental mereka. Dukungan dari teman sebaya juga sangat penting, di mana remaja dapat saling mendengarkan dan memberikan dukungan emosional satu sama lain.
Isu kesehatan mental di kalangan remaja merupakan tantangan yang kompleks, namun dengan dukungan yang tepat dan peningkatan kesadaran, diharapkan generasi muda dapat mengatasi masalah ini dengan lebih baik. Masyarakat, orang tua, dan lembaga pendidikan diharapkan dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja. Dengan kolaborasi yang baik antara berbagai pihak, diharapkan stigma seputar kesehatan mental dapat dihilangkan, dan remaja dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional.
Alasan Gen Z Lebih Rentan terhadap Gangguan Mental
Berikut ini beberapa alasan Gen Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental:
1. Paparan media sosial
Generasi Z memang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada generasi sebelumnya. Akan tetapi, aktivitas ini juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan mental.
Penelitian menunjukkan bahwa, semakin banyak waktu anak muda bermain media sosial, semakin rendah kesehatan mentalnya. Hal ini terjadi karena akses mudah terhadap konten di media sosial, memungkinkan individu terpapar lebih banyak konten negatif.
Selain itu, kehadiran influencer di media sosial sering kali menyebabkan perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri.
Dampak negatif lainnya meliputi gangguan tidur, cyberbullying, pelecehan online, permasalahan citra tubuh, perilaku makan tidak sehat, fear of missing out (FOMO), dan gejala depresi.
Untuk lebih jelasnya, kamu bisa membaca artikel berikut ini: “Hubungan Kecanduan Media Sosial dan Kesehatan Mental”.
2. Memiliki pandangan pesimis terhadap dunia
Alasan lainnya adalah karena Gen Z memiliki pandangan yang semakin pesimis terhadap dunia.
Menurut studi dari Montclair State University, generasi ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelumnya yang cenderung lebih positif.
Peristiwa-peristiwa terkini, seperti krisis iklim dan kekerasan yang sering terjadi, membuat Gen Z lebih mudah resah. Belum lagi, generasi ini juga mengalami masa pandemi COVID-19 pada masa pertumbuhan mereka, sehingga menimbulkan pandangan yang cenderung negatif terhadap masa depan.
3. Terisolasi dari lingkungan
Menurut survey, hampir separuh responden Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap hari. Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung atau tatap muka dengan orang lain di sekitarnya.
Dampaknya adalah meningkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan Generasi Z. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental.
Nah, apabila kamu mengalami kesepian, simak pembahasan pada artikel ini untuk mengetahui cara mengatasinya: “Lawan Kesepian dengan 4 Cara Sederhana Ini”.
4. Lebih peduli terhadap isu sosial dan politik
Menurut penelitian dari Edelman, sekitar 70% dari Generasi Z di seluruh dunia mengatakan mereka terlibat dalam isu sosial atau politik. Kepedulian ini sering kali dipicu oleh mudahnya akses mereka terhadap berita terbaru melalui internet.
Akan tetapi, hal ini juga membuat Gen Z terpapar secara intensif pada berbagai isu sensitif. Contohnya seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah-masalah sosial lainnya yang sering kali belum terselesaikan oleh pemerintah.
Lingkungan politik dan sosial yang tidak stabil dapat memperburuk kecemasan dan juga mendorong pikiran pesimis dari Gen Z.
5. Ketidakpastian masa depan
Generasi Z tidak hanya menghadapi tantangan dalam isu-isu sosial dan politik, tetapi juga dari perubahan yang cepat dalam masyarakat dan teknologi.
Kemajuan Artificial Intelligence (AI) yang mengancam pekerjaan tradisional dan kesulitan mendapatkan pekerjaan, menambah tekanan psikologis pada mereka yang baru memasuki dunia kerja. Selain itu, biaya perumahan dan kebutuhan dasar yang semakin melonjak juga menambah beban finansial yang mereka tanggung.
Ketidakpastian akan masa depan dan perubahan konstan ini seringkali memicu stres di kalangan Generasi Z.
Itulah beberapa alasan Gen Z lebih rentan terhadap gangguan mental. Apabila kamu mengalami gejala-gejala gangguan kesehatan mental, segera konsultasikan dengan psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penanganan profesional.
Bahaya Kesehatan Mental Anak Remaja Gen-Z
Semoga bermanfaat 🙂
Sumber : Kesehatan Mental Gen-Z