Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari? Tes sidik jari pada anak dipercaya bisa mendeteksi minat, bakat, hingga karakteristik anak. Melalui tes ini, orang tua juga bisa menentukan pola asuh yang diterapkan ke anak.
Di zaman modern ini, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui minat dan bakat anak. Yang belakang sedang ramai di tengah para orang tua adalah lewat metode sidik jari.
Banyak negara menggunakan jasa Tes Sidik Jari sebagai cara mengungkap potensi diri seseorang untuk kepentingan dunia pendidikan, seleksi karyawan, penyaluran bakat atau keahlian, dan lain sebagainya.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?
Hal yang sama juga sudah mulai berkembang pesat di Indonesia. Sejauh pengetahuan penulis, sampai saat ini belum ada lembaga penelitan ataupun lembaga fatwa di Indonesia yang telah mengumumkan fatwa mengenai hukum penggunaan fingerprint test sebagai uji potensi diri.
Sidik jari DNA adalah serangkaian tes untuk mengidentifikasi informasi genetik seseorang. Sampel tes sidik jari DNA diambil dari pola atau guratan di permukaan kulit jari. Tes ini dianggap akurat karena kemungkinan dua orang atau lebih memiliki sidik jari DNA yang sama sangat kecil.
Tes sidik jari DNA bertujuan mengidentifikasi pola materi genetik (DNA) yang spesifik pada tiap individu. Sidik jari DNA bisa dilakukan untuk beberapa kondisi, seperti kasus kriminal, forensik, atau tes DNA, guna mengetahui orang tua kandung atau keluarga.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?
Mengenal Fingerprint Test
Sejak ribuan tahun yang lampau, ilmuwan telah mencoba menyingkap sifat, bakat, dan kemampuan seseorang melalui berbagai pendekatan.
Pada zaman primitif, di mana alam pikiran manusia lebih didominasi oleh mitologi, manusia mencoba menyingkap tabir rahasia dirinya melalui pendekatan “ramalan” yang menghubungkan tanda-tanda tertentu pada alam dengan sifat, bakat dan nasib manusia.
Tanda-tanda alam yang meliputi posisi-posisi bintang tertentu, tanggal, hari, dan bulan kelahiran diyakini menentukan nasib seseorang.
Demikian juga tanda-tanda khusus dalam tubuh manusia seperti garis telapak tangan, bentuk mata, bentuk raut wajah, dan sebagainya.
Sekitar 3000 tahun sebelum Masehi, Kaisar Cina sudah menggunakan cap jempolnya untuk menyetempel berbagai dokumen.
Demikian juga para Kaisar Romawi menggunakan metode cap jari untuk mengidentifikasi para pelaku kejahatan.
Pada abad Modern, para ilmuwan berhasil menciptakan alat untuk memotret dan mencetak guratan-guratan yang terdapat bukan hanya pada telapak tangan tapi juga ujung-ujung jari tangan yang sangat halus.
Pertama-tama, alat itu hanya digunakan sebagai alat identifikasi jati diri seseorang, terutama untuk menyelidiki pelaku kejahatan, karena setiap orang terbukti beda sidik jarinya.
Belakangan, dengan kemajuan teknologi dibidang identifikasi bentuk atau rumus dari gambar sidik jari tidak hanya dijadikan alat identifikasi jati diri seseorang, tetapi dijadikan sebagai alat penguji untuk mengenal dan menganalisa karakter, bakat dan perilaku seseorang.
Maka muncullah apa yang disebut Fingerprint Test sebagai alat mendeteksi dan menganalisa minat serta bakat seseorang.
Fingerprint test secara harfiah dapat diartikan tes sidik jari, yaitu sebuah metode untuk mengenali karakter, bakat dan kemampuan seseorang dengan menganalisa hasil pemotoan terhadap bentuk dan pola sidik jari seseorang.
Tes bakat melalui sidik jari merupakan pengembangan modern dari Ilmu Daktiloskopi, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu dactylos yang artinya jari jemari atau garis jemari, dan scopein yang artinya mengamati.
Sejak sekitar tiga ratus tahun yang lalu, para ilmuwan mengembangkan penyelidikan tentang sidik jari dan proses pembentukannya pada diri seseorang.
Sehingga, lahirlah cabang ilmu Biologi yang disebut Dermatoglyphic (dari bahasa Yunani, derma berarti kulit dan glyph yaitu ukiran).
Penelitian dimulai oleh Govard Bidloo pada tahun 1685. Lalu, berturut-turut dilakukan oleh Marcello Malpighi (1686), J.C.A. Mayer (1788), John E. Purkinje (1823), Dr. Henry Faulds (1880), Francis Galton (1892), Harris Hawthorne Wilder (1897) dan Noel Jaquin (1958).
Beryl B. Hutchinson tahun 1967 menulis buku berjudul Your Life in Your Hands, sebuah buku tentang analisis tangan.
Terakhir, hasil penelitian Beverly C. Jaegers (1974), sidik jari tercermin dalam karakteristik dan psikologi seseorang.
Hasil penelitian mereka telah dibuktikan di bidang antropologi dan kesehatan.
Menurut para peneliti, garis-garis sidik jari manusia berkembang pada masa bayi berusia 13 sampai 19 minggu dalam kandungan.
Para ilmuwan sidik jari juga menemukan bukti bahwa sidik jari itu bersifat permanen, tidak berubah seumur hidup, dan tiap orang mempunyai bentuk atau pola sidik jari yang berbeda.
Jadi sekiranya di dunia saat ini ada 7 miliar manusia, maka sidik jari mereka berbeda-beda.
Kalaupun ada kemiripan, menurut para ahli itu, perbandingannya satu kemiripan dari enam koma empat miliar.
Pola sidik jari di setiap tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di ibu jari akan berbeda dengan pola sidik jari di telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelinking.
Lebih jauh lagi, para peneliti menemukan fakta bahwa garis-garis dalam kulit, jari-jari tangan dan kaki, memiliki hubungan yang bersifat ilmiah dengan kode genetik dari sel otak dan potensi inteligensia seseorang atau yang sering disebut sebagai “mesin kecerdasan seseorang”.
Maka penyelidikan lanjutannya, sidik jari dapat pula dijadikan panduan mengidentifikasi bagaimana potensi seseorang.
Artinya, secara ilmiah, kita dapat mengetahui bakat atau potensi kita sehingga kita bisa mengakomodasikan potensi kita untuk jenis pendidikan, keahlian, dan pekerjaan apa yang paling cocok dengan bakat kita tersebut.
Cara identifikasi bisa dilakukan secara kasat mata dengan orang yang pakar di bidangnya, atau ada juga yang menggunakan sebuah alat khusus pembaca sidik jari (finger print reader) yang dihubungkan ke sebuah komputer ber-software khusus yang kemudian menganalisa berdasarkan titik-titik yang menjadi acuan.
Adapun yang bisa diidentifikasi adalah mengenai pengendalian logika seseorang, reflek serta perkembangan otak.
Mengenai bentuk dan pola sidik jari yang terdiri dari tiga jenis di atas memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu:
Whorl (melingkar) yaitu bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.
Loop adalah bentuk pokok sidik jari di mana satu garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula.
Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?
Tahapan Fingerprint Test
Untuk memeriksa kecerdasan Anda lewat sidik jari, awalnya telapak tangan difoto dengan sebuah kamera yang terhubung pada layar monitor.
Selanjutnya, kesepuluh jari di-scan pada sebuah alat menyerupai bentuk mouse komputer.
Caranya cukup dengan meletakkan masing-masing ujung jari secara bergantian.
Saat itulah, kesepuluh sidik jari Anda telah terekam dalam seperangkat komputer, kemudian seorang FT analis akan menganalisisnya.
Saat hasil lengkap rekam sidik jari diberikan kepada pasien, tim psikolog siap memaparkan artinya.
Untuk informasi, jari kelingking menggambarkan penglihatan; jari manis melambangkan pendengaran; jari tengah berhubungan dengan sentuhan, keseimbangan, pergerakan serta koordinasi tangan dan kaki; jari telunjuk sebagai proses informasi (tangan kiri untuk logika, tangan kanan untuk pikiran); ibu jari untuk berpikir dan membuat keputusan.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?
Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari, Memangnya Bisa?
Ilmuwan bidang neurologi peraih Nobel Rita Levi-Montalcini dan ilmuwan biokimia menemukan adanya korelasi antara nerve growth factor (NGF) dan epidermal growth factor (EGF).
Dikatakan sidik jari setiap orang bisa mencerminkan motivasi, kepribadian, hingga bakat seseorang yang sifatnya adalah genetik.
Praktisi psikologi anak Aninda mengatakan, tes minat bakat melalui sidik jari tak bisa dikatakan 100 persen akurat.
Ia menjelaskan bahwa kecerdasan dan minat anak sangat dipengaruhi oleh faktor kognitif serta lingkungan.
“Tes minat dan bakat anak menggunakan fingerprint sebenarnya bisa dibilang tidak 100 persen akurat. Karena sebenarnya kecerdasan itu berkaitan dengan kognitif, kan, ya,” ujar Aninda kepada CNNIndonesia.com, Kamis (6/6).
Aninda memberikan contoh konkret tentang seorang anak yang menurut hasil tes sidik jari tidak memiliki kemampuan matematika yang baik.
Namun, setelah bersekolah dan mendapatkan guru matematika yang menyenangkan, nilai matematika anak tersebut meningkat dan ia menjadi suka matematika.
“Kalau sudah begini, bagaimana dengan hasil tes fingerprint-nya? Apakah akan berubah? Berarti tingkat akurasinya bisa dipertanyakan. Ya, kan?” ungkap Aninda.
Hal ini menunjukkan bahwa minat dan bakat anak dapat berkembang dan berubah seiring dengan pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan sekitar.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?
Eksplorasi minat-bakat sedini mungkin
Psikolog anak Ratih Zulhaqqi menekankan pentingnya memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sedini mungkin.
“Kita [orang tua] bisa mengeksplor itu [minat dan bakat anak] sedini mungkin untuk lebih cepat memahami dan mengetahui,” imbuh Ratih saat dihubungi CNNIndonesia.com. Rabu (5/6)/
Penting juga bagi orang tua untuk aktif dalam membantu si kecil mengeksplorasi minat dan bakatnya. Hal ini dapat membantu si kecil berkembang secara optimal.
“Jadi dilihat dari apa yang menjadi kelebihannya anak, apa yang belum optimal, nah, itu aja dikejar,” tutup Ratih.
Namun, Ratih mengingatkan orang tua untuk membiarkan si kecil menemukan minat dan bakatnya sendiri. Orang tua, sebagai pembimbing, idealnya cukup memberikan opsi dan dukungan tanpa memaksa anak untuk mengikuti arah tertentu.
“Jadi fungsi orang tua bukan memaksakan, tapi memberikan opsi atau pilihan. Tentunya itu disesuaikan dengan kemampuannya orang tua, yang terpenting adalah melakukan evaluasi,” ujarnya.
Apakah Bisa Tes Minat Bakat Anak Lewat Sidik Jari?